bling

profile icons

Rabu, 05 Desember 2012

pecel rengkek khas jombang

Mungkin Anda yang berasal dari Jawa Timur tak asing lagi dengan nasi pecel karena telah menjadi salah satu “trade mark” kuliner Jawa Timur. Makanan yang racikan bumbunya berasal dari kacang tanah lalu diulek bersama-sama dengan aneka bumbu seperti cabe, sedikit bawang putih, sedikit gula pasir, gula jawa atau gula kelapa, garam, dan tak ketinggalan umbi kencur dan daun jeruk purut yang membuat aroma bumbu pecel menjadi sangat khas ini, tersebar dan dikenal seantero Jawa Timur.
Saya menamakan Pecel Rengkek, karena saya terbiasa menyebutnya begitu dan memang penjualnya, yang kesemuanya kaum ibu paruh baya itu membawa semacam box yang terbuat dari kayu dan tripleks, yang orang-orang terkadang juga menyebut box ini dengan ronjot, ditaruh di atas sepeda atau sepeda motor. Saya lebih enjoy menyebut box-nya dengan “rengkek”, meskipun ini kurang tepat, karena “rengkek” biasanya terbuat dari bambu.
Pecel Rengkek di Jombang tidak dijajakan sembarang waktu. Pecel ini umumnya mudah dijumpai dikala pagi hari selepas subuh hingga matahari naik dua-tiga penggalah. Biasanya penjualnya menjajakan keliling di jalan-jalan protokol yang kalau pagi masih relatif sepi, kompleks-kompleks perumahan, dan jalan-jalan kecil lainnya. Namun, yang paling banyak adalah mangkal di tempat-tempat keramaian dan strategis lainnya seperti alun-alun, stasiun, perempatan jalan dekat RSUD Jombang, depan GOR Jombang, sepanjang trotoar Kebonrojo dan sebagainya.
rempeyek
Sedangkan para pembeli pecel ini dari berbagai kalangan, mulai dari tukang becak, pekerja kantoran yang berangkat mruput, para “olahragawan” yang setiap pagi selesai menggerakkan badan, atau bapak-bapak yang mungkin istrinya tak sempat masak pagi atau memang malas memasak. Saking banyaknya penggemar pecel ini, seringkali pembeli harus rela antri menunggu giliran untuk “dilayani”, meskipun antriannya tak separah antrian mengambil BLT atau antrian pembeli BBM yang akhir-akhir ini marak di negeri yang katanya cassing-nya berbentuk republik tetapi sejatinya jerohan-nya kerajaan ini.
Yang menarik, penyajian Pecel Rengkek tidak dengan menggunakan piring, tetapi disajikan dengan pincuk daun pisang yang dilapisi dengan kertas koran atau kertas minyak. Jadi kesan tradisionalnya masih ada, dan justru inilah yang menambah daya tariknya juga “daya dobrak” rasanya sehingga semakin memporak-porandakan indera pengecap penikmatnya.
Harganya tak terlalu mahal, cukup dengan harga rata-rata 2000,- kita sudah mendapatkan satu porsi Pecel Rengkek yang nyamleng plus segelas air mineral. Satu porsi Pecel Rengkek ini terdiri atas nasi, aneka sayur (kangkung, bayam, selada, irisan mentimun, daun pepaya, tauge dan lain-lain sayur yang jenisnya sepertinya tergantung musim), rempeyek kacang terkadang rempeyek ebi (udang kering), serundeng, telur ceplok, tempe goreng dan tentu saja siraman sambal pecel. Kalau kita mau, kita juga dapat menambah dengan sayur lodeh ataupun sambal tumpang. Makanan dengan kombinasi yang mendekati anjuran para ahli gizi, empat sehat, dimana sumber karbohidrat, protein, lemak dan vitamin plus tingkat serat yang tinggi, tersedia dalam sepincuk Pecel Rengkek.
Khusus mengenai sambal tumpang, bahan dasar pembuatannya dari tempe yang telah “membusuk” kemudian dihancur-leburkan. Entah mengapa dinamakan sambal tumpang, saya kurang tahu persis. Mungkin karena sambal ini diletakkan di atas atau menumpang di atas sambal pecel lantas disebut dengan “sambal tumpang”. Bisa jadi, dan saya berharap Mbak Elsa nun jauh di Jalan Merdeka Jombang sana, bisa menjelaskan kepada saya lebih detail lagi tentang sambal tumpang ini.
Masih penasaran dengan Pecel Rengkek ini? Sekali-kali cobalah datang ke Jombang ketika hari masih pagi, dimana suasana masih repet-repet dan udara dingin menyelimuti kota ini. Anda akan menemukan sensasi lain dan ke-nyamleng-an dari Pecel Rengkek ini. Selamat mencoba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar